Rabu, 22 Agustus 2007

Konferensi Khilafah dalam Tajuk Rencana Harian Pikiran Rakyat

Semoga Konferensi Khilafah Internasional menjadi momentum penting bersatunya kaum Muslimin di dunia.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggelar acara Konferensi Khilafah Internasional di Istora Senayan, Minggu (12/8). Ratusan ribu umat Islam, tamu undangan, dan para pembicara dari dalam maupun luar negeri menghadiri acara tersebut.
Suatu hal yang menjadi catatan menarik antara lain tampilnya pembicara dan bahkan hadirin yang berlatar belakang berbeda ormas, status pendidikan, sosial ekonomi, mazhab, serta budaya. Mereka tiba-tiba menjadi bersatu mengusung tema pentingnya menegakkan khilafah islamiah.Kalaupun mesti mengungkap adanya perbedaan, pers mencatat ada satu pembicara yang semula direncanakan hadir namun batal yakni K.H. Hasyim Muzadi dan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir. Ketua PB Nahdlatul Ulama (NU) ini sengaja membatalkan kehadirannya dengan alasan yang tampaknya prinsipil. Adapun Ustaz Abu Bakar Ba'asyir--sesepuh Majelis Mujahidin Indonesia--tidak hadir karena kesadaran sendiri setelah Mabes Polri melarang bicara di forum tersebut.Pertanyaannya ialah acara "milik" siapakah Konferensi Khilafah Internasional? Jawabannya secara implisit sebenarnya sudah bisa diterka yakni "milik" umat Islam. Ini didasarkan pada fakta kehadiran mayoritas kaum Muslimin, baik yang mengklaim atas nama diri sendiri, lembaga dakwah, atau ormas Islam.Terlepas dari hal itu, yang jelas Konferensi Khilafah Internasional berlangsung lancar dan setidaknya pers mencatat adanya kesuksesan panitia merumuskan sejumlah statement penting bagi kelanjutan upaya riil umat Islam--dunia--mewujudkan khilafah islamiah.Lebih dari itu, pers mencatat ihwal mulai adanya titik temu antara pimpinan umat Islam dari berbagai negara dalam merespons tema yang mengemuka yakni khilafah islamiah.Dalam diskursus ini, kita mencatat pula adanya benang merah betapa topik khilafah islamiah kini semakin mencair di tengah umat Islam, dan bahkan masyarakat internasional. Ini suatu fenomena menarik, karena terjadi di saat kian gencarnya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengampanyekan berbagai isu yang merugikan kaum Muslimin, seperti melalui isu terorismenya.Seandainya "pertemuan" di Istora Senayan tersebut, ditindaklanjuti oleh berbagai potensi umat Islam, tampaknya jauh akan lebih maslahat. Karena, berbagai klausul statement dan komitmen yang berhasil dibangun di forum tersebut cenderung memberikan koridor pergerakan wacana maupun amal nyata umat Islam dalam menyikapi problem kompleks seperti kemiskinan, kebodohan, keterbalakangan, kezaliman, ketidakadilan, dan sejenisnya. Semoga Konferensi Khilafah Internasional menjadi momentum penting bersatunya kaum Muslimin di dunia, serta semoga pula umat Islam di berbagai negara bisa merumuskan kembali eksistensinya dan berkiprah nyata mewujudkan izzul Islam wal Muslimin.***
(Sumber: Tajuk Rencana PR]Sumber: Tajuk Rencana PR, 13 Agustus 2007)

Tidak ada komentar: